JURNAL PERCOBAAN 2 PENENTUAN SIKAP KELARUTAN

                                             Jurnal Praktikum Kimia organik I

Penentuan Kelas Kelarutan


 


 

 

 

 

Disusun Oleh :

Desi Anis Satriani

(A1C119014)

 

Nama Dosen Pengampu :

Dr. Drs. Syamsurizal, M.Si.

 

 

 

 

 

 

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi

 

      I.        Judul                  : Penentuan Kelas Kelarutan

     II.        Hari/tangal        : Senin/22 Februari 2021

    III.        Tujuan              : Adapun tujuan praktikum hari ini adalah

                1.       Dapat mengetahui tahapan kerja dalam penentuan kelas kelarutan

                2.       Dapat mengetahui faktor apa saja dalam kelarutan

                                 

   IV.        Landasan Teori

 Kelarutan adalah hal yang penting untuk dapat mencapai konsentrasi obat yang diinginkan dalam sirkulasi sistemik untuk mencapai kebutuhan respon dalam farmakologis. Jika zat yang memiliki kelarutan rendah akan lebih lambat diserap, hal ini menyebabkan rendahnya bioavabilitas obat dalam tubuh dan juga akan berpengaruh pada efek farmakologinya. Produk teknik kokristalisasi disebut kokristal yang terdiri dari dua komponen, yaitu zat aktif dan koformer (pembentuk kokristal) . hal ini pada umumnya berada pada posisi netral. Jika kokristal ini sudah terbentuk, maka dapat meningkatkan kelarutan suatu zat aktif karena adanya pembentukan ikatan antar molekul seperti ikatan hidrogen dan Van der Waals. Selain itu, kokristal juga memiliki potensi untuk meningkatkan bioavailabilitas yang beberapa kali lipat lebih tinggi dari pada zat aktif tersebut. ( Yustikasari, 2020 )

Dengan naiknya suhu, sistem larutan menyerap lagi karena menyerap energi sehingga larutan akan meningkat, namun jika sistem larutan akan menurunkan larutannya. Misal saja jumlah gula yang dpat larut dalam air hangat lebih banyak daripada kedalam air dingin. Namun terdapat beberapa padatan zat larut yang kurang larut dalam larutan yang lebih hangat. Sedangkan ada zat terlarut berupa gas adalah sebaliknya. Untuk meningkatkan suhu dan menurunkan kelarutan serta laju larutan. Untuk semua gas, kelarutan menurun dengan naiknya suhu larutan. Untuk smua gas, kelarutan menurun dengan naiknya suhu larutan. Contohnya adalah soda. Kelarutan gas dalam karbondioksida berkurang bila soda yang ada menjadi hangat, hal ini dapat berpengaruh pada rasa soda sehingga rasa soda menjadi datar atau hambar. ( Arifiyana, 2020 )

Ada dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis dengan mudah dalam larutan berair. Semua kation-kation bisa dikelompokkan kedalam lima golongan berdasarkan hasil kali kelarutan garam tak larutnya. Karena suatu larutan tak diketaui bisa saja mengandung satu atau semua dari 20 ion tersebut, analisis harus dilakukan secara sistematis dari golongan 1 sanpai golongan 5. Ion kompleks  bisa terbentuk dalam larutan lewat penggabungan kation logam dengan menggunsksn basa lewis. Konstanta pembentukan Kf dapat mengukur kecenderungan pembentukan ion kompleks tertentu. Pembentukan ion kompleks ini bisa meningkatkan kelarutan zat yang tak larut. (Chang, 2005 ).

Bila kelarutan sutu zat padat meningkat ketika suhu sudah dinaikkan, maka kelarutan gas dalam larutan akan berkurang akibat adanya kenaikan suhu. Contohnya adalah pengaruh perubahan suhu terhadap kelarutan gas oksigen dalam air itu sangat kecil dan ikan banyak memerlukannya untuk hidup. Bila oksigen menurun maka akan membahayakan kehidupan ikan dan makhluk hidup air yang lain. Ketika kita ingin mengetahui apa saja pengaruh perubahan suhu terhadap kelarutan gliserin, kita bisa melakukan percobaan dengan mengubah-ubah suhu larutan. Suhu yang kita ubah-ubah dalam percobaan itu disebut sebagai variable manipulasi dan kelarutannya sebagai variable control. ( Kamilati,2006 )

Suhu ekstraksi yang tinggi akan dapat berpengaruh baik terhadap proses ekstraksi. karena adanya peningkatan kecepatan difusi. Kelarutan suatu zat terlarut yaitu pada partikel yang diekstraksi, di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan suhu sehingga laju ekstraksi yang lebih tinggi dan hasil yang diperoleh akan lebih besar daripada sebelumnya. Dalam proses ekstraksi semakin besar perbandingan bahan dan pelarut maka akan semakin banyak pula hasil yang dapat terekstrak sehingga hasil berat zat warna yang didapatkan pun akan semakin besar. Hal ini dikarenakan adanya volume pelarut yang sama dengan jumlah berat dan bahan semakin banyak, berat antosianin yang dihasilkan itu semakin besar pula. ( Hariyandi, 2013 )

    V.        Alat dan Bahan

5.1    Alat

1.    gelas

2.    sendok

 

5.2  Bahan

1. Gula

2. Air

VI. Prosedur Kerja

1.      siapkan alat dan bahannya

2.      tuangkan air mendidih pada gelas 1 dan air es pada gelas 2 serta air mineral pada gelas 3

3.      masukkan masing masing gula 2 sendok kedalamnya kemudian diaduk

4.      amati apa yang terjadi

5.      masukkan gula kasar kedlam air mineral dalam gelas 1 kemudian diaduk

6.      masukkan gua yang sudah ditumbuk pada gelas 2 kemudian diaduk

7.      amati apa yang terjadi

8.      masukkan air dengan volume lebih banyak kedalam gelas 1

9.      masukkan air dengan volume lebih sedikit kedalam gelas 2

10.  tambahkan gula dua sendok kemudian aduk

11.  amati apa yang terjadi

12.  tuangkan air mineral pada gelas 1

13.  tambahkan gula pasir kemudian aduk

14.  amati apa yang terjadi

15.  masukkan air kedalam gelas 2

16.  tambahkan gula kemudian diamkan jangan diaduk

17.  amati apa yang terjadi

Berikut adalah link video sebagai referensi terkait percobaan ini :

https://youtu.be/khyUDtpteYQ

 Berdasarkan video tersebut timbul 3 pertanyaan, diantaranya sebagai berikut:

1.       Mengapa gula lebih cepat larut pada voleume air yang lebih banyak, sedangkan area semakin luas sehingga sulit untuk butir butir gula tersebut unutuk bertabraan?

2.       Didalam percobaan kelarutan yang menggunakan gula kasar dan guka yang telah ditumbuk, disini saya timbul pertanyaan, apakah sama nanti hasil percobaannya jika gula yang ditumbuk tadi diganti dengan gula yang memang sudah halus dari pabriknya?

3.       Dalam percobaan ini apa yang membedakan kandungan antara air es dengan air mineral? Mengapa dalam percobaan pertama mengujinya  enggunakan dua pelarut tersebut?


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan saya yiyin novela (A1C119062) ingin menjawab pertanyaan kedua, yaitu jika ukuran gula pabrik nya sama dengan gula yang ditumbuk maka lama pelarutan gula akan sama karena yang menyebabkan gula halus lebih cepat larut adalah permukaan sentuh antara zat terlarut degan pelarut semakin banyak sehingga lebih cepat larut.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu. saya mitha udhiyah A1C119006. Izin menjawab pertanyaan nomor 3. pada air es itu biasanya kita mengisinya dengan air putih biasa, dimana Air putih sendiri mengandung satu atom hidrogen dan dua atom hidrogen. Sedangkan air mineral adalah air yang mengandung mineral di dalamnya, baik alami atau buatan. Jadi secara umum kandungannyalah yang berbeda satu sama lain. sehingga digunakan 2 pelarut tersebut

    BalasHapus
  5. Baiklah saya Lenny Friskha Tamba (A1C119035) adi kita dapat mencontoh melarutkan 2 sendok makan gula dalam
    100 mL air dan melarutkan 2 sendok makan gula dalam 5.000 mL air, manakah yang lebih cepat larut? Gula 2 sendok makan akan lebih cepat larut dalam 5.000 mL air daripada dalam 100 ml air. Semakin besar volume pelarut, maka jumlah partikel pelarut akan semakin banyak. Kondisi tersebut memungkinkan lebih banyak terjadi tumbukan antara partikel zat terlarut dengan partikel zat pelarut sehingga zat padat umumnya lebih mudah larut.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN 6 REAKSI REAKSI ALDEHID