JURNAL PERCOBAAN 13 METODE EKSTRAKSI PADA SENYAWA-SENYAWA ORGANIK

 

Jurnal Praktikum Kimia organik I

Metode Ekstraksi pada Senyawa-senyawa Organik

 

Disusun Oleh :

Desi Anis Satriani

(A1C119014)

 

Nama Dosen Pengampu :

Dr. Drs. Syamsurizal, M.Si.

 

 

 

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi

2021


I.              Judul                         : Metode Ekstraksi pada Senyawa-senyawa Organik

II.           Hari / Tanggal           : Senin / 17 Mei 2021

III.        Tujuan                       : adapun tujuan pada percobaan kali ini adalah:

1.      Untuk mengetahui metode ekstraksi pada senyawa-senyawa organic

2.      Untuk mengetahui prinsip metode ekstraksi pada senyawa-senyawa organik

IV.             Landasan Teori

Ekstraksi adalah serngkaian proses yang dilakukan untuk memisahan bahan dari campuran zat lainnya dimana dapat digunakan pelarut yang bisa cocok dengan zat tersebut. Dihentikannya proses ekstraksi ketika sudah diperoleh kesetimbangan diantara konsentrasi setiap senyawa yang ada pada pelarut menggunakan konsentrasi yang ada pada sel tanaman. Setelah terjadinya proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel melalui penyaringan. Ekstrak yang pertama akan sulit dipisahkan dengan menggunakan teknik pemisahan tunggal dimana berfungsi untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh sebab itu, ekstrak pertama harus dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama. Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan diantaranya adalah Maserasi, Ultrasound - Assisted Solvent Extraction, Perkolasi, Soxhlet, Reflux dan Destilasi Uap (Mukhriani,2014).

Prinsip Ekstraksi yang terjadi adalah saat terjadinya kontak antara padatan dengan pelarut, sebagian solute bisa berpindah ke dalam solvent sehingga bisa terbentuk larutan. Perpindahan solute bisa diakibatkan karena adanya perbedaan antara konsentrasi solute yang ada pada larutan dan yang ada pada padatan. adanya perbedaan ini konsentrasi akan menjadi driving force yaitu terjadinya proses ekstraksi. Perpindahan solute ini akan terjadi hingga dicapai keadaan setimbang. Kesetimbangan yang idealnya harus dicapai dalam ekstraksi padat-cair ini membutuhkan pelarut yang cukup untuk melarutkan semua zat terlarut pada padatan dan tidak ada adsorpsi pada zat terlarut oleh padatan. Kesetimbangan kemudian didapatkan ketika zat terlarut sudah sepenuhnya larut dan konsentrasi larutan seragam. Namun struktur padatan dapat menyulitkan tercapainya kondisi ini. Faktor tersebut dipikirkan bila ingin mendapatkan tingkat efisiensi tertentu. Jika diasumsikan titik kesetimbangan sudah ditemukan, maka konsentrasi cairan yang ditahan oleh padatan sama dengan cairan yang meluap pada tahap yang sama (Andriani, 2014).

Beberapa metode penyarian diantaranya adalah maserasi, perkolasi dan sokhletasi. Maserasi adalah cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Sokhletasi merupakan penyempurna alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung berisi serbuk simplisia (Indraswari, 2008).

Maserasi adalah teknik ekstraksi yang dilakukan untuk bahan yang tidak tahan panas dengan cara perendaman di dalam pelarut tertentu selama waktu tertentu. Maserasi dilakukan pada suhu ruang untuk mencegah penguapan pelarut secara berlebihan karena faktor suhu dan dilakukan pengadukan selama 15 menit agar bahan dan pelarut tercampur. Menurut Kenichi dan Masanori (1990), maserasi lebih baik dilakukan pada suhu 20-30 oC. Penyaringan dilakukan setelah proses maserasi selesai yaitu selama 3 hari, 5 hari dan 7 hari (Yenny, 2013).

Ekstraksi digunakan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia yang larut pada pelarut. Ada beberapa macam ekstraksi yang biasa digunakan pada proses pemisahan senyawa bioaktif dari tumbuhan dalam rangka mengetahui rendemen yang akan dihasilkan, yakni ekstraksi cara dingin yang terdiri dari maserasi, perkolasi dan sokletasi serta ekstraksi cara panas, yakni dengan cara refluks. Ekstraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak, misalnya pada daun dan bunga. Kelebihan metode ini adalah sederhana, tidak memerlukan alat-alat yang rumit, relatif murah. Kelemahannya adalah dari segi waktu dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan efisien. Untuk metode ekstraksi secara panas adalah refluks dimana metode ini berkesinambungan, cairan penyari kontinyu menyari zat aktif dalam simplisia. Cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam. Sampel yang biasanya diekstraksi adalah sampel yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras, misalnya pada biji, kulit dan akar (Kiswandono, 2011).

 

V.                Alat dan Bahan

5.1  Alat

1.      Maserator

2.      Erlenmeyer

3.      Neraca

4.      Gelas ukur

5.      Pengaduk

 

5.2  Bahan

1.      Pelarut etanol 96%

2.      Kayu secang

3.      Daun jambu

 

VI.             Prosedur kerja

1.      Ukuran bahan diperkecil terlebih dahulu

2.      Simplisia ditimbang sebanyak 100 gram

3.      Masukkan kedalam maserator

4.      Masukkan 1000 ml pelarut (etanol) kedalam maserator

5.      Diaduk hingga homogen

6.      Maserator ditutup, diamkan selama 24 jam dan aduk sesekali

7.      Setelah 24 jam lalu disaring

Maserasi kedua

1.    Masukkan pelarut baru sebanyak 1000 ml

2.    Aduk, diamkan kembali selama 24 jam dan aduk sesekali

3.    Setelah 24 jam lalu disaring

4.    Simpan ekstrak dalam wadah tertutup

Maserasi dilakukan sebanyak 3 kali

                                                

Berikut adalah link video sebagai referensi terkait percobaan ini :

                        https://youtu.be/M05Es1LWv-Q

berdasarkan video tersebut timbul 3 pertanyaan, diantaranya sebagai berikut:

1.     1.  Mengapa ukuran bahan perlu diperkecil terlebih dahulu?

2.     2.  Mengapa ekstraksi dengan cara maserasi ini dilakukan sebanyak 3 kali?

3.      3. Apa fungsi dari pengadukan pada percobaan ini?

Komentar

  1. baiklah saya mitha udhiyah dengan nim A1C119006 izin menjawab pertannyaan nomor 1. ukuran dari simplisia tersebut perlu dikecilkan karena jika ukuran dari simplisia tersebut masih besar, maka senyawa-senyawa yang ada pada simplisia tersebut tidak akan keluar dengan baik

    BalasHapus
  2. Baiklah Saya Sinta Marliya dengan NIM A1C119002 akan mencoba menjawab permasalahan nomor 3
    Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dengan di luar sel

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum. Saya Teguh Arizki (A1C119008) akan menjawab permasalah no 2. Tujuannya agar Hasil yang diperoleh benar-benar murni dan tidak meninggalkan simplisia sedikitpun.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN 6 REAKSI REAKSI ALDEHID